PEREMPUAN DALAM AL-QUR’AN DAN SUNNAH: PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
PEREMPUAN DALAM AL-QUR’AN
DAN SUNNAH:
PEREMPUAN DALAM
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
NURHAYATI LANGAGO
Abstrak
: Perempuan dalam Timbangan Al-Qur’an dan Sunnah : Perempuan dalam perspektif pendidikan
islam. Sejak dahulu hingga sekarang, dunia seperti dikuasai oleh lelaki.
Lelaki bak seorang raja dan perempuan hamba sahaya. Ironisnya pengukuhan ini
dilakukan mengatasnamakan budaya dan peradaban bahkan agama dan moral.
Sejatinya hal ini bertentangan dengan spirit Islam yang dibawa oleh Rasulullah,
satu diantaranya yaitu mengangkat dan memuliakan perempuan. Atas dasar
pemikiran tersebut tulisan ini dimaksudkan untuk merekonstruksi paradigma
terhadap perempuan sehingga hegemoni laki-laki atas perempuan dapat merenyahkan
dan terbangun kontruksi sosial budaya yang egaliter dalam kedudukan dan peranan
yang sama sebagai makhluk tuhan yakni sebagai hamba dan khalifah fil ardh.
Mewujudnya paradigm baru terhadap perempuan dapat dilakukan dengan cara
reinterpretasi atas teks-teks suci yang selama ini ditafsirkan dalam budaya
maskulintas yang dianggap bias gender menuju penafsiran yang egalitarian.
Adapun strategi dalam upaya membangun paradigma tersebut dapat ditempu melalui
jalur pendidikan yang sejatinya pendidikan senantiasa berorientasi pada suatu
perubahan baik cara berpikir dan berperilaku.
Kata
kunci : rekonstruksi, gender, dan perempuan
Pengantar
Saat islam datang nasib wanita di Arabia tidak jauh berbeda dengan
wanita-wanita di tempat lain. Mereka tidak mendapatkan hak waris, bahkan boleh
diwariskan dari ayahnya kepada anak-anaknya bila si ayah memiliki istri lebih
dari satu. Memiliki anak perempuan dianggap aib, sehingga mereka banyak
melakukan pembunuhan atas anak-anak perempuan. Perbuatan jahiliyah ini direkam
oleh Al-qur’an “apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup itu
ditanya : karena dosa apakah dia dibunuh? (Qs. 81:8-9)”.
Kesadaran perempuan akan identitas dirinya, membangkitkan suatu
gerakan emansipasi dengan munculnya wacana kesetaraan gender. Penyeab utama
lahirnya gerakan ini yaitu adanya pandangan ‘sebelah mata’ terhadap perempuan (misogyny),
bermacam-macam anggapan buruk (stereotype) yang dilekatkan kepadanya,
dan aneka citra negatif yang
mengejawanta dalam tata-nilai masyarakat, kebudayaan,hukum bahkan
politik.
Begitu juga saat islam datang,walaupun banyak literature klasik
islam pada umumnya.islam mengakhiri praktik-praktik diskriminatif dan stereotype
terhadap perempuan sekaligus melakukan usaha emansipasi yang p pertama
dalam sejara.sejarawan barat yang bernama will Durant mengakui tentang jasa
muhammd dalam meningkatkan dan memperbaiki hak-hak wanita dan pengakuan begitu
tingginya kedudukan perempuan di dalam islam(rakhmat,1999:125).
Pembahasan
Menurut rakhmat (2008:.339), “salah satu hal yang menakjubkan dari
al-qur’an ialah tidak adanya penggambaran perempuam secara fisikal. Tidak satu
ayat pun yang melukiskan keindahan perempuan secara jasmaniah. Perempuan cantik
tidak menjadi tokoh dalam al-qur’an.apabila melukiskan hubungan jasmaniah-berkenaan
dengan pelaksaanaan syariat antara perempuan dengan laki-laki,al-qur’an
menggunakan kata-kata halus seperti “bersentuhan dengan
perempuan(qs.an-nisa: 43) bercampur
dengan perempuan kamu(qs.al-baqoroh:
187) atau datangilah landing kamu sekehendak kamus al-baqoroh:233).”
Hal di atas merupakan suatu petunjuk bahwa perempuan begitu
dimanjanya dan dipelakukan secara lembut oleh allah.bahkan,sebagai wujud
perempuan merupakan makhluk yang paling dimanja oleh Allah,adalah saat
berbicara tentang perempuan,yang dibicarakan adalah hak-haknya dan ketika berbicara laki-laki maka yang
dibicarakan itu adalah kewajiban-kewajibannya. Sebagai contoh kata an-nisa –yang
disebutkan 57 kali dalam Al-Qur’an lebih dua kali dari kata rijal-paling sering
disebutkan dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan hukum pernikahan,hukum
waris,hukum yang menyangkut hubungan suami-istri, hak perempuan untuk
memperoleh hasil kerjanya,hukum ibadah,etika berbusana,etika pergaulan diantara perempuan dan etika perempuan
diantara perempuan dan laki-laki,semuanya hampir membicarakan hak-hak seorang
perempuan sebagai respon sosial atas keadaan perempuan pada masa jahiliyah yang
sering diabaikan hak-haknya.hal lain lagi misalnya dalam waris perempuan tidak memperoleh
hak bahkan menjadi objek waris tetapi Al-Qur’an menetapakan hak-hak waris
perempuan di dalamnya.terdapat lagi hal yang unik pada diri perempuanyakni
tidak perna nama Allah dititipkan kepada makhluk lain kecuali kepada perempuan.nama
tersebut adalah ar Rahim yang menjadi nama dari salah satu anatomi yang
hanya dimiliki oleh perempuan.
Tipologi
perempuan dalam Al-Qur’an
Apabila yang membedakan
antara laki-laki dan perempuan adalah amalnya, maka
bagaimana tipe perempuan dalam Al-Qur’an berdasarkan amalnya?setidaknya
terdapat empat tipe perempuan didalam Al-Qur’an berdasarkan amalnya yakni
perempuan shalihah,perempuan pejuang, perempuan penentang,dan perempuan
penggoda. Untuk hal-hal yang baik biasanya Al-Qur’an langsung menyebut namanya,
karena menggambarkan sosok ideal,apabila berbicara amal buruk Al-Qur’an tidak
langsung menyebut namanya.
1.Tipe
perempuan shalihah
Gambaran
tentang wanita shalihah yang disebutkan oleh Al-Qur’an adalah siti Maryam binti
imbran, bahkan namanya diabaikan menjadi nama surat di dalam Al-Qur’an Maryam
ialah tipe wanita shalihah .ibu dari tokoh tibu dari tokoh terkemuka didunia
dan akhirat.dalam Al-Qur’an disebutkan,
“(yang datang) daripada-nya, namanya Al masih isa putra Maryam, seorang
terkemuka di dunia dan di akhirat dan
termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)” (Qs. Ali Imran:45).
Maryam senantiasa menjaga kesucian
dirinya (Qs At-Tahrim 16),mengisi waktunya dengan pengabdian yang tulus kepada
Allah,yang akhirnya karena kesalihahaannya ia mendapatkan amanah untuk menjaga
dan membersakan kekasih Allah yakni isa putera Maryam (Qs. Maryam 16-34).Oleh
sebab itu kehormatannya terletak dalam kesucian bukan,dalam kecantikannya. Dari kisah Maryam, perempuan yang senantiasa
menjaga kesuciannya,berkhidmat sepenuh hati kepada tuhannya,dan menjaga amanah
dengan penuh cinta akan senantiasa melahirkan generasi-generasi yang unggul.
2.tipe
perempuan pejuang
Al-Qur’an tidak ,menyebut namanya, ia
hidup di bawah suami yang melambangkan kezaliman.ia memberontak
kepadanya,melawannya apapun risiko yang
akan diterimanya.semuanya ia lakukan karena ia memili rumah di surga yang
diperoleh dengan pejuangan menegakan kebenaran daripada istana didunia yang
dapat dinikmatinya bila ia bekerja sama dengan kezaliman.para ahli hadits
meyebutkan Aisyah binti mazahim. “Dan Allah membuat istri fir’aun perumpamaan
bagi orang-orang yang beriman,ketika ia berkata:’ya Tuhanku,bagunlah untukku
sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkan lah aku dari fir’aun dan
perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang dizalim’”(Qs At-Tahrim 11).
Pada satu sisi Allah memuji perempuan yang membangkang kepada
suaminya yang zalim, tetapi pada saat yang sama Allah mengecam perempuan yang
menentang suami yang memperjuangkan kebenaran.”Allah membuat istri Nuh dan
istri Lut perumpamaan bagi orang-orang kafir.keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shaleh di
antara hamba-hamba kami;lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya,maka
kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpu dari (siksa) Allah;dan
dikatakan (kepada keduanya); “masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk
(neraka)”(Qs. At-Tahrim: 10).
3.
Tipe pendamping Tiran
Sebagai lawan dari istri Fir’aun yang menentang kezaliman,adalah
istri Abu Lahab,yang bekerja sama dengan suaminya untuk menentang kebenaran,menyebarkanfitnah
dan melakukan berbagai tindakan zalim. Ia digambarkan Al-Qur’an sebagai “pembawa kayu bakar”
sebagai bentuk metafora untuk menggambarkan tipe perempuan yang pekerjaannya
menyalakan api penindasan atau mengkompori dalam perbuatan jelek (Qs. Al-lahab:
1-5).
4
Tipe perempuan penggoda
Tipe ini digambarkan Al-Qur’an saat berkisah tentang Yusuf.
Al-Qur’an mengabadikannya dalam surat Yusuf ayat 23-24.”dan wanita (zulaikha)
yang yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf
untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu,seraya
berkata: “Aku berlindung kepada Allah,
sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.”Sesungguhnya wanita itu
telah bermaksud (melakukan perbuatan itu)dengan Yusuf, dan yusuf pun bermaksud
(melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya.demikianlah,
agar kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian.sesungguhnya yusuf
itu termasuk hamba-hamba kami yang terpilih”(Qs.Yusuf 23-24).
Dari kisah di atas memberikan satu gambaran tipe perempuan yang
ditunjukan oleh Al-Qur’an tentang kepandaian perempuan untuk melakukan makar
atau tipuan, dalam Al-Qur’an disebutkan, “Yusuf berkata:’wahai tuhanku,penjara
lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka kepadaki.dan orang yang bodoh’”(Qs Yusuf:33)
Perempuan
dalam Hadits Rasulullah
Dalam sabda-sabdanya yang agung,perempuan mendapatkan kedudukan
yang mulia di dalam islam sabda Rosulilloh:
مَنْ كَانَتْ لَهُ أُنْثَى فَلَمْ يَئِدْهَا, وَلَمْ يُهِنْهَا,
وَلَمْ يُؤْثِرْ وَلَدَهُ عَلَيْهَا, قَالَ :يَعْنِي الذُّكُوْرَ أَدْخَلَهُ الله
الجَنَّةَ.
Siapa
yang memiliki anak perempuan,dia tidak membunuhnya dengan kubur
hidup-hidup,tidak menghinanya,dan tidak lebih mengunggulkan anak laki-laki dari
pada anak perempuan,maka Allah akan memasukkannya ke dalam surge (HR.abu
daut dan Ahmad).
Hadits di atas dapat
dipahami islam mengangkat derajat perempuan bahkan ditegaskan pada
hadits yang pertama harus di perlakukan sama,tidak boleh terdapat diskriminasi
degan mengungulkan anak laki-laki di atas anak perempuan.
Islam mewajibkan menuntut ilmu baik bagi muslim laki-laki atau muslim
perempuan.Nabi berpesan agar orang tua mengutamakan pendidikan anak
perempuannya. “ Barang siapa
memiliki anak perempuan,kemudian mendidiknya,kemudian berbuat baik kepadanya,
dan mengawinkannyaa maka baginya surge (al-Albani, 1975:35).
Kesimpulan
Ajaran
islam tidak memperlakukan perempuan secara diskriminatif. Gender tidak
membedakan derajat. Dalam Al-Qur’an nilai ideal perempuan tidak diukur dari
keindahan fisik, bahkan Al-Qur’an mengajarkan agar perempuan menutupi keindahan
fisiknya. Nilai ideal perempuan terletak pada kesalihan, kesucian, dan
ketegaran dalam mempertahankan keyakinan. Pada satu sisi Al-Qur’an memuji
perempuan yang menentang suaminya yang melakukan kezaliman, tetapi pada saat
yang sama Islam juga mengecam perempuan yang menentang suami yang
memperjuangkan kebenaran.
Daftar
pustaka
Umar , N. 2010 Argumen Kesetaraan Gender perspektif Al-Qur’an. jakarta
: Dian Rakyat.
Abu Daud Sulaiman. t.t Sunan Abu Daud Beiru : Dar Al Fikr No
hadis 5146.
Al-Albani. 1975 Al-Mar’ah fi al Islam tanpa penerbit.
Bukhari, 1990. Shahihul bukhari Beirut : Dar Al-Kutub Al
Alamiyah
Komentar
Posting Komentar